“nan, berangkat dulu ya. Monggo, bu… Slamualaikum!”
“Walaikumsalam”
Setelah kita bersantai-santai di rumahnya si Anand yang #geje, kita dengan
gagah meninggalkan Dusun Capar yang #geje juga menuju petualangan yang sebenarnya. Motor kita geber jauh meninggalkan kenikmatan dunia (baca: rumah Anand) menuju masa depan yang misterius. Di tengah perjalanan kita sekilas melihat petunjuk jalan menuju Dieng, Dieng belok kanan. Secara kita semua belum ada yang pernah menuju Dieng sebelumnya, kita manut aja sama petunjuk jalan yang belum tentu kebenarannya. Jalanan semakin menanjak dan berkelok-kelok, hati mulai berdebar-debar, rasa bangga telah siap meledak, namun tiba-tiba… Jalanan kembali menurun dan menurun, rasa ketidakpercayaan kepada petunjuk arah tadi mulai muncul, dan kita mulai bingung (seperti biasa). Kita mau tanya seseorang, eh nggak ada seseorang yang mau kita tanyai, pada menghindar (lebay!). Tiba-tiba ada anak kecil di belakang kita, boncengan dengan motor FU jadul (2 tak gituu…), mereka udah siap-siap mau nyalip, tepat sebelum disalip, kita cegat deh.
Read more...