Menuju Arah ‘Timur’, Sebuah Pencarian
>> 13.2.12
Berangkat!
Dan Kapal Kerapu V pun meninggalkan dermaga Muara Angke.
Perlahan-lahan kapal inipun meningkatkan kecepatannya. Dan perlahan-lahan pula pandangan kamu atas gedung-gedung pencakar langit di Jakarta mulai hilang.
Di tengah perjalanan, pemandangan indah tersuguhkan di depan mata. Perubahan warna air laut dari hijau menjadi biru sungguh menakjubkan. Burung-burung laut terbang dengan bebasnya, mencari makan yang telah disediakan oleh laut. Sayang, ane nggak expert di bidang perburungan ini, apalagi burung pantai/laut. Seandainya ada Mas Shaim dan atau Mas Juki, pasti mereka seneng #hahaha. Dalam rombongan kami memang ada anggota Bionic UNY, betul! si Jarot, namun dianya masih saja bingung sama burung-burung yang kami temui. Yang kami tahu hanya Dara Laut yang khas dengan warna putihnya. Ada burung laut berwarna hitam yang sering kami temui juga namun nggak tau tuh itu burung apaan. Dan sepertinya di tengah perjalanan, di sebuah pulau yang entah itu namanya, ane lihat Elang, namun tetep saja jenisnya belum tahu. Elang itu ter-lihat sedang soaring di atas rerimbunan pohon.
Sebelum mencapai Pulau
Foto si Isma kok nggak ada ya? Curang!
Tidur liat laut, bangun-bangun juga masih liat laut lagi. Ternyata perjalannya cukup memakan waktu nih. Dan ternyata semakin banyak pulau yang terlihat dan terlalui.
>SKIP<
Akhirnya dermaga Pulau Tidung sudah di depan mata, dan…
Sampai!
Tak lupa kamu icapkan terimakasih kepada pak nahkoda yang nyopirnya anak muda bangeeetttz.
“mas, uang barangnya sekalian aja…”
“(bingung)”
Kita mbayar juga deh, Rp15k. 10k dari Rista dan 5k Jarot. Rasa bingung tidak serta merta hilang setelah kita bayar :o. Lupakan dulu deh. Tas ransel kamu bawa kembali, dan siap untuk memulai petualangannya. Eits… mulai petualang-annya gimana ya? Kemudian kita sepakat untuk cari ijin untuk nge-camp sama yang punya pulau ini. Kita berjalan ke arah Barat (kayaknya) menuju bangunan gede di sebelah. Ada bapak-bapak…
"pak, kalau mau ijin nge-camp dimana ya?"
“ke polsek aja, ke arah sana (menunjuk arah timur)”
“makasih, pak”
Langsung aja kita menuju arah
Lumayan jauh juga untuk menuju ‘timur’. Di tengah perjalanan banyak hal2 unik…
Lanjut!
Di pinggir pantai #semuanyaemangpantai kami gabung dengan anak-anak SD yang kayaknya baru pulang sekolah, ngobrol-ngobrol dikit. Si Jarot yang ngobrol-nya banyak.
"dik, polsek sebelah mana ya? masih jauh kaga?”
“itu tuh di situ, deket kok”
Di depan polsek ada 2 orang bapak-bapak, nggak pake baju dan celana pendek-an. Sebenarnya bingung juga sih, tapi daripada diem aja mending langsung tanya ijin ajalah…
"maaf, pak… kita mau minta ijin buat nge-camp di sini.”
“silakan aja kalo di sekitar sini, tapi kalo di parkiran sana (nunjuk arah timur lagi) harus ijin sama satpol PP dulu, tapi kalo saya sih boleh-boleh saja”
“trimakasih, pak… kami rumdingkan dulu sama temen-temen”
Sesuai apa yang diomongin tadi, kita kemudian ngrundingin mau bagaimana, dimana nge-campnya. Tiba-tiba teringat kalo kita belum makan sejak maghrib kemarin, 18 jam lebih belum makan nasi!. Langsung saja kita, memasang dan menyusun kompor gas yang telah kita siapkan. Menu kita siang ini adalah Mie Goreng + nasi, jumlahnya ane lupa tepatnya, yang penting merknya Sar*mi Isi 2 dong :D. Selama menunggu masakan matang, kita ngemil dulu sama keripik super pedaaas bawaan si Isma. Lagi asik-asiknya ngobrol, salah satu bapak-bapak yang kami tanyai tadi di polsek datang, sepertinya penasaran sama cara kita masak #hehehe. Akhirnya kita terlibat pengobrolan yang lebih seru dengan Pak Hendro (baru tau namanya). Pak Hendro tadi menceritakan pengalaman-pengalamannya yang seru, mulai dari perang di TimTim sampai di Aceh melawan GAM. Dia ternyata punya hobi diving, sertifikat telah dia miliki tentunya, menurutnya site diving yang paling indah adalah Raja Ampat (kapan kita kesana, teman-temaaaann?). Laut Pulau Tidung ini menurutnya sudah tidak bersih lagi, padahal sesuai yang kita liat, pantai di sini buersiiihhh dan uindaaahhh beudh loh… Kata Pak Hendro, di Kepulauan Seribu ini ada 114 pulau, namun yang ada penduduknya hanya 11 pulau doang, sebagian besar pulau di sini sudah pernah diinjaknya, secara polisi di sini sistem kerjanya adalah rolling. Menurutnya, kalau sedang berjaga di pulau yang tak ada penduduknya, aura-aura mistis sering muncul, kadang-kada dia mendengar suara minta tolong, sampai melihat seorang wanita yang sedang berjalan di atas air laut, dan paling tidak satu butir peluru ia keluarkan setiap malam, WOW! Tak terasa potongan-potongan keripik hampir habis dan masakannya pun telah siap, namun perbincangan kami belum juga berakhir. Aroma dari mie instan tersebut semakin menggoda ane #hehehe. Dalam hati ane bertanya, “kapan kita makan? udah laper nih!” Seperti membaca pikiranku, Pak Hendro kemudian mempersilakan kami untuk makan dulu. Sejalan dengan itu, bapak itu kemudian meninggalkan kami masuk ke dalam kantor.
Waktunya makan! nikmaaattt! :D Sleeping bag kita gelar, duduk melingkar dan menikmati makan bersama, hmmmm…
Karena hari menjelang sore, akhirnya kita putuskan untuk nitipin barang bawaan kita dulu di polsek, dan kita menikmati indahnya sore hari dulu di hari pertama di Pulau
Suasana yang indah di sore hari di Pulau Tidung :D Dimanapun mata meman-dang, di situlah lautan luas terbentang. Pantai yang indah, yang tiada sebelum-nya terbayangkan, kini ada di hadapan kedua bola mataku sendiri. #masyaalloh.
Sebelum kita beranjak lebih jauh, tepat di depan kita sudah terpampang gapura dengan tulisan “WELLCOME TO JEMBATAN CINTA” <=== kayaknya tulisan WELLCOMEnya salah deh :P
Terpampanglah sebuah jembatan lengkung yang sudah tua itu…
Sore itu, tepatnya pada tanggal 18 Januari, kami habiskan waktunya di jemba-tan yang menghubungkan antara dua buah pulau, Pulau Tidung Besar (pulau yang akan kami tempati, ternyata ada embel-embel Besarnya) dan Pulau Tidung Kecil. Jembatan itu cukup panjang, lumayan capeklah kalo jalan :P. Namun capek itu akan terbayar tuntas oleh keindahan panorama bawah air yang dengan jelas dapat kita lihat dari atas jembatan. Sungguh indah mahakarya Tuhan yang satu ini.
Walaupun matahari senja sedikit ‘terganggu’ dengan kehadiran awan, keindah-annya tak terkurangi sedikitpun. Di jembatan itu kami menyaksikan bola mataha-ri sedikit demi sedikit ‘tenggelam’ di tengah lautan. Dan kamipun sadar bahwa waktu shubuh telah datang di daratan Amerika sana. Demi sedikit pula awan mega menghilang dari pandangan kami. Waktu untuk sholat maghrib telah datang, suara panggilan adzan menyeru kepada kami.
Tak disangka pula pada saat itu juga satu demi satu kelelawar yang ukurannya besar keluar meninggalkan sarangnya yang ada di Pulau Tidung Kecil untuk men- cari makan yang ada di pulau sebelah. Kelelawar itu terbang dengan gagahnya di atas air laut yang membatasi rumahnya dengan ‘ladangnya’. Sungguh pemandangan yang menakjubkan. #masyaalloh.
>To be continued…<
Foto bonus: Boyband :P
0 comments cuk!:
Post a Comment