+2093 m dpl, Sebuah Pembuktian Dari Kami

>> 16.1.12

“nan, berangkat dulu ya. Monggo, bu… Slamualaikum!”
“Walaikumsalam”
Setelah kita bersantai-santai di rumahnya si Anand yang #geje, kita dengan
gagah meninggalkan Dusun Capar yang #geje juga menuju petualangan yang sebenarnya. Motor kita geber jauh meninggalkan kenikmatan dunia (baca: rumah Anand) menuju masa depan yang misterius. Di tengah perjalanan kita sekilas melihat petunjuk jalan menuju Dieng, Dieng belok kanan. Secara kita semua belum ada yang pernah menuju Dieng  sebelumnya, kita manut aja sama petunjuk jalan yang belum tentu kebenarannya. Jalanan semakin menanjak dan berkelok-kelok, hati mulai berdebar-debar, rasa bangga telah siap meledak, namun tiba-tiba… Jalanan kembali menurun dan menurun, rasa ketidakpercayaan kepada petunjuk arah tadi mulai muncul, dan kita mulai bingung (seperti biasa). Kita mau tanya seseorang, eh nggak ada seseorang yang mau kita tanyai, pada menghindar (lebay!). Tiba-tiba ada anak kecil di belakang kita, boncengan dengan motor FU jadul (2 tak gituu…), mereka udah siap-siap mau nyalip, tepat sebelum disalip, kita cegat deh.



“dek, dek… stop… mau tanya nih. Kalo mau ke Dieng arahnya kemana ya?”

“lurus aja, mas… nanti ada jembatan”




Treeeeetttt…… teteteteteeett… motornya langsing langsung digeber sama dia. Keren amat nih anak, anak tentara gitu (kayaknya sih emang gitu, liat dari plat nomornya). Kami terus mengikuti jalanan yang menurun… Eh, ketemu lagi sama anak tentara itu, ternyata dia nungguin kami sebelum mereka benar-benar meninggalkan kami, tak lupa ane ngucapin tengkyu sama mereka :D. Dan jembatan yang dikatakan anak itupun telah terlihat. Dan ternyata kami ditipu mentah-mentah sama petunjuk arah yang menyebalkan itu, karena jalan yang kami lalui bukan jalan resmi (#hehehe). Petunjuk arah itu membuat perjalan kami semakin lamaaaaa. Nggak apa-apa deh, bisa jadiin pengalaman :D. Akhirnya kita kembali kepada jalan yang lurus benar. Sebelum melanjutkan perjalanan, kepikiran deh kalo belum belanja, di pinggir kita liat ada tulisan RITA PASARAYA 5 km <=== kayaknya ini yang dikatain sama Anand. Tanpa pikir panjang (iyakah?), langsung capcus deh. Ternyata… jalan yang kita lalui tadi adalah jalan samping, ngindarin kota, mungkin biar kapak macet (tapi kotanya kok nggak rame?). Setelah sampai RITA PASARAYA, kitanya bingung parkir dimana, masuknya lewat mana… Akhirna kita cuma muter doang, dan nemu INDOMARET #jengjeeeng beli macem-macem deh, sarden, mie instan, malkist, dll (dan lupa lainnya), eh si Isma titip tolak angin :o. Perjalanan pun dilanjutkan kembali. Oh iya, kita rencana juga mau beli beras juga, tapi setiap warung yang kita datangi selalu “mboten wonten berase, mas”. Semoga beras yang dibawa sama si Isma cukup, Amin Ya Alloh. Lanjut, ciiiint… Dan kitapun melihat tulisan Telaga Menjer, dan hatikupun dag dig dug tak karuan. Belok kiri, kanan, kiri, kanan, kiri, kanan, kiri, naiiiiikkk (kayak begitulah jalannya) dan sampai! :D dan bingung mau parkir dimana… dimanaaaa… *AyuTongTong eh, ada tempat parkir, tapi tempat parkir ilegal (loh?). Parkir tinggal parkir! Ribet amat sih ini orang.


Menjer
Selain foto-foto, kita juga bisa menikmati keindahan alamnya :D (kebalik?). Seneng deh bisa nyampe sini dengan selamat :D. Tapi ane kok jadi inget kalo aku udah pernah kesini sebelumnya #flashback, lupakan lah, sekarang nikmatin dulu keindahannya :))

oranggokil
Oleh warga setempat, telaga ini dijadikan sebagai tempat mengadu nasib (lebay!), banyak karamba-karamba yang dibangun oleh warga, katanya mayoritas adalah udang (seember Rp 5k doang! ngilerr). Menurut hasil survey, tempat ini juga merupakan tempat yang cocok dijadikan ajang berduaan (tau kamsudnya maksudnya kan? hohoho), banyak muda-mudi yang mondar-mandir di sekitar sini #jadikepingen #eh.
Namun, dibalik keindahannya itu, ada #sesuatu yang membuat hati kami teriris, #sesuatu itu adalah SAMPAH!

sampah
Kenapa di tempat seindah ini sampah banyak berkeliaran? Satpol PPnya pada kemana? #loh?
Yuk foto-foto lagi :D #yuuuukkmariiii

gagah
ibe
Setelah (belum) puas foto-foto, kita kembali ke parkiran, dan melihat #sesuatu yang begitu menggoda. Apakah itu? itu adalah #Cilok (bener nggak tuh spellingnya?) Adem-adem enaknya yang anget-anget. Beli cilok 2ribeng aja cukup deh :D *sayang nggak difoto yang jual #hehehe
Di Telaga Menjer cukup dulu deh. Capcus ke site (utama) selanjutnya ==> Dieng
Perjalanan berlanjut… dan sudah terbiasa dengan jalan naik + tikungan tajam :P Perjalanan yang menakjubkan, susah diungkapkan dengan kata-kata dan sekali lagi kita nggak motret. Kita serasa berjalan di atas awan, kabur menyerang kami dari segala arah, jarak pandang +- 5 meter! gilak! Pelan tapi pasti.
Di tengah perjalanan kita lihat tower (atau gardu pandang), ada tulisan +-1750 m dpl. Bangga banget deh!. Terus naik naik naiiiiikkk.
Akhirnya kita lalui sebuah turunan, diakhir turunan ada pertigaan, tepat di pertigaan ada #sesuatu yang menarik, ini diaa :D

mantab!Grimis pun menyambut kedatangan kami. Bingung kembali datang (bingung menjauhlahhh!). Eh, ada orang melintas, tanya ah…

“Pak, Dieng pundi nggih?”
“Niki Dieng” kata bapak itu sambil menunjuk ke arah tanah.

Kayaknya kita salah ngaih pertanyaan deh –__–’’

"telaga warna pundi?", pertanyaan ngasal dari kami.
"kearah sana mas, nggak ada 1 kilo", sambil menunjuk arah kiri.

Tanpa pikir panjang kita langsung menuju arah matahari yang ditunjukkan bapaknya itu.
Telaga Warna! Here we come!

Telaga Warna ==> next on (sabar ya :P)

petacantik




*hubungannya judul sama isi apa coba? –__–a

0 comments cuk!:

About This Blog, blog!

This is my blog, i am a newbie. This is my style, if you don't like, i don't care!.
Whatever!!

Contact Me!

10317244012 International Biology Education Yogyakarta State University facebook.com/maolodeen
twitter.com/maolodeen
mauludinmajid@yahoo.com
ibeclass@gmail.com

  ©

Back to top SUNDUL!